Stunting Pada Anak Masih Bisa Digenjot Hingga Usia 20 Tahun

Bossmoonvape – Stunting pada anak sering kali di anggap sebagai masalah yang sulit untuk diatasi, terutama terkait dengan perkembangan otak dan tubuh mereka. Namun, kabar baiknya, otak anak-anak yang mengalami stunting masih memiliki peluang untuk berkembang, bahkan hingga usia 20 tahun. Hal ini di ungkapkan oleh Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak Kemendukbangga/BKKBN, dr. Irma Ardiana, MAPS. Yang menyatakan bahwa meski perkembangannya lebih lambat di bandingkan periode awal kehidupan, potensi untuk tumbuh dan berkembang masih ada. Bagaimana sebenarnya perkembangan ini bisa terjadi? Berikut penjelasannya.

Perkembangan Otak Anak Stunting: Masih Bisa Tumbuh

Menurut dr. Irma, meskipun perkembangan otak anak yang mengalami stunting cenderung melambat setelah usia 2 tahun, bukan berarti prosesnya berhenti. Bahkan, otak anak-anak yang stunting tetap dapat berkembang hingga usia 20 tahun, meskipun pada laju yang lebih lambat. “Otak tetap bisa berkembang, tapi tidak secepat saat di bawah usia 2 tahun, atau dalam konsep 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). ” jelas dr. Irma.

Untuk mendukung pertumbuhan ini, konsep baru yang berkembang adalah 8000 HPK, yang mencakup tambahan 7000 hari setelah masa 1000 HPK pertama. Hal ini mengakui bahwa perkembangan anak tidak hanya terjadi di lima tahun pertama kehidupan, tetapi juga bisa terjadi sepanjang masa tumbuh kembang mereka, meski dengan kecepatan yang lebih lambat.

“Baca Juga Di Aplikasi BMV Khilafers”

Masa Pubertas dan “Catch Up Growth”

Meskipun anak yang mengalami stunting mungkin tidak akan mengejar ketertinggalan dalam hal tinggi badan atau ukuran tubuh dengan anak-anak seusianya yang berkembang normal, mereka tetap memiliki potensi untuk mengalami catch up growth. Ini adalah proses di mana anak yang terhambat pertumbuhannya pada usia dini dapat mengejar perkembangan fisiknya ketika memasuki masa pubertas. Dalam hal ini, meski ada penurunan dibandingkan dengan anak yang tidak stunting, masih ada kesempatan untuk perbaikan.

Selain itu, perkembangan otak yang lebih lambat pada anak stunting bisa “dipacu” dengan stimulasi yang tepat. Baik dari segi pendidikan, lingkungan, maupun pemberian makanan bergizi. Hal ini akan membantu anak untuk mengoptimalkan potensi perkembangan otaknya.

Pentingnya Stimulasi untuk Mempercepat Perkembangan

Sebuah studi di Jamaika menunjukkan bahwa intervensi gizi saja tidak cukup untuk memperbaiki kondisi anak-anak stunting. Anak-anak yang menerima gizi seimbang bersama dengan stimulasi mental yang intensif menunjukkan perkembangan yang lebih baik. Terutama dalam hal perkembangan otak dan kognisi. “Dengan stimulasi yang tepat, otak anak stunting masih bisa berkembang, meskipun tidak sepenuhnya seperti anak-anak yang tidak mengalami stunting,” kata dr. Irma.

Stimulasi tersebut bisa berupa aktivitas pembelajaran yang melibatkan berbagai indera, interaksi sosial yang positif, serta pemberian dukungan emosional. Penelitian ini mengkonfirmasi bahwa meskipun perkembangan anak bisa terhambat, upaya yang konsisten dapat mendorong anak untuk berkembang lebih optimal.

Kerjasama untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Anak Usia Dini

Pada kesempatan yang sama, Kemendukbangga/BKKBN juga melakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama dengan Koalisi Nasional PAUD-HI. Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), khususnya bagi anak-anak yang mengalami stunting. Program Holistik Integratif ini mengedepankan pendekatan yang lebih menyeluruh, menggabungkan aspek pendidikan, gizi, dan stimulasi agar anak-anak Indonesia mendapatkan kesempatan yang lebih baik untuk berkembang secara optimal.

Dengan adanya perhatian dan kolaborasi antara berbagai pihak, diharapkan stunting bukan lagi menjadi penghalang bagi anak untuk mencapai potensi terbaik mereka.

“Simak Juga: Peran Penting Vitamin D ini 5 Makanan Rekomendasi”

Scroll to Top