Pemerintah Fokus Produksi Garam di NTT dan Kulon Progo

Bossmoonvape – Pemerintah Indonesia tengah fokus meningkatkan produksi garam dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada impor. Dua wilayah yang diandalkan dalam upaya ini adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Kulon Progo, Yogyakarta. Melalui berbagai upaya strategis, pemerintah berharap dapat menghasilkan garam berkualitas tinggi yang memenuhi standar industri. Dengan target besar untuk mencapai swasembada pada 2027.

Potensi NTT sebagai Sentra Produksi Garam

Memanfaatkan Kondisi Geografis NTT
NTT, khususnya Kabupaten Sabu Raijua, memiliki potensi besar untuk menjadi pusat produksi garam dengan kualitas yang tinggi. Dengan iklim dan kondisi geografis yang mirip dengan Darwin. Australia—yang terkenal dengan produksi garamnya yang melimpah—pemerintah berharap dapat memaksimalkan potensi alam NTT. Hendra Yusran Siry, Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan. Menjelaskan bahwa daerah ini memiliki kondisi geografis yang mendukung produksi garam dengan kadar natrium klorida (NaCl) yang optimal. Pemerintah fokus menargetkan pembangunan fasilitas produksi besar di wilayah ini untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri.

Teknologi Australia sebagai Model
Mengikuti jejak Australia, yang merupakan pemasok utama garam bagi Indonesia, pemerintah Indonesia berencana mengadopsi teknologi produksi garam yang diterapkan di Darwin. Dengan waktu panas yang lama, sekitar delapan bulan, NTT memiliki potensi untuk memproduksi garam dalam jumlah besar, serupa dengan produksi Australia yang mencapai 10 juta ton per tahun. Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, optimis bahwa dengan teknologi yang tepat, Indonesia dapat menghasilkan garam berkualitas industri yang di butuhkan.

“Baca Juga Di Aplikasi BMV Khilafers”

Kulon Progo: Solusi Alternatif untuk Kualitas Garam Tinggi

Strategi Penggunaan Kemiringan Alam
Selain NTT, Kabupaten Kulon Progo juga menjadi perhatian pemerintah untuk dikembangkan sebagai pusat produksi garam. Wilayah ini memiliki kemiringan alam yang ideal untuk produksi garam, terutama dengan memanfaatkan sinar matahari yang melimpah. Pemerintah berencana memanfaatkan potensi ini untuk menghasilkan garam dengan kualitas yang lebih tinggi, sesuai dengan standar industri. Dengan pemanfaatan teknologi modern dan metode produksi yang tepat, pemerintah berharap dapat fokus meningkatkan kadar NaCl pada garam yang di hasilkan di Kulon Progo.

Dampak Positif terhadap Industri Garam Lokal
Kualitas bahan baku garam yang baik akan langsung berdampak pada kualitas produk turunan yang di hasilkan. Oleh karena itu, upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas produksi garam melalui wilayah-wilayah seperti Kulon Progo sangat penting. Hendra Yusran Siry menekankan pentingnya kualitas bahan baku untuk mendukung sektor industri yang memerlukan garam dengan kadar NaCl yang tinggi, yaitu minimal 97%. Dengan pengembangan di Kulon Progo, di harapkan garam lokal dapat memenuhi standar ini dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Target Swasembada Garam di 2027

Langkah Menuju Swasembada
Pemerintah memiliki target ambisius untuk menghentikan impor garam industri pada 2027. Untuk mencapai tujuan ini, pembangunan fasilitas produksi di NTT dan Kulon Progo menjadi bagian dari strategi besar. Pemerintah sedang menyusun rencana bisnis dan anggaran yang di perlukan untuk mewujudkan proyek ini, dengan PT Garam sebagai pelaksana utama. Dengan adopsi teknologi dan peningkatan kualitas produksi, Trenggono percaya bahwa Indonesia dapat memenuhi kebutuhan garam industri domestik, sekaligus menjadi negara mandiri dalam produksi garam.

Keyakinan pada Potensi Lokal
Menteri Trenggono juga menyatakan bahwa meskipun tantangannya cukup besar, teknologi yang akan di terapkan di NTT sangat sederhana dan mudah di implementasikan. Dengan dukungan penuh dari pemerintah, pengembangan sentra garam ini akan mendorong Indonesia menuju swasembada pangan, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan garam industri yang berkualitas tinggi. Harapan dapat memulai produksi garam berkadar NaCl 97% pada tahun depan, Indonesia semakin mendekati pencapaian target tersebut.

Dengan rencana yang matang dan dukungan teknologi yang tepat, Indonesia optimis dapat menjadi produsen garam utama untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri, mengurangi ketergantungan pada impor, dan akhirnya mencapai swasembada pada tahun 2027.

“Simak Juga: Badan Pusat Statistik, Indonesia Impor 38,5 Juta Ton Beras di 2024”

Scroll to Top