Bossmoonvape – Kraven The Hunter adalah salah satu film yang sangat mengecewakan dalam dunia superhero, bahkan dengan standar yang sudah sangat rendah. Digarap oleh J. C. Chandor dan ditulis oleh Richard Wenk, Art Marcum, dan Matt Holloway, film ini mencoba mengangkat karakter Sergei Kravinoff (Kraven) dengan cara yang sangat terburu-buru dan terbatas. Namun, film ini gagal total dalam menampilkan cerita yang kuat, karakter yang mendalam, dan aksi yang memukau.
Pengenalan Karakter yang Kurang Memadai
Sejak awal, Kraven The Hunter menunjukkan kelemahan besar dalam cara memperkenalkan karakter utamanya. Nikolai Kravinoff (Russell Crowe) tampaknya ingin mengajarkan anaknya untuk menjadi lelaki sejati dengan cara yang kontroversial. Alih-alih menunjukkan rasa empati, ia malah membawa anak-anaknya berburu binatang di alam liar sebagai bentuk pembelajaran. Saat Sergei (Aaron Taylor-Johnson) akhirnya mendapatkan kekuatan super setelah diserang oleh singa, ia memilih untuk berjuang melawan kejahatan yang membahayakan binatang liar.
Namun, meskipun premis tersebut memiliki potensi, film ini gagal menggali latar belakang karakter-karakter utamanya dengan cukup mendalam. Pengenalan karakter-karakter seperti Aleksei (Alessandro Nivola), yang memiliki kekuatan sekuat badak, terasa dangkal. Tanpa alasan yang jelas tentang motivasi atau asal usulnya, kehadiran Aleksei terasa sangat biasa dan klise. Bahkan karakter pendukung seperti Foreigner (Christopher Abbott) dan Calypso (Ariana DeBose) hanya muncul tanpa penjelasan yang memadai. Film ini tidak memberikan kesempatan bagi penonton untuk benar-benar mengenal mereka.
Plot yang Terlalu Sederhana dan Dialog yang Terlalu Dasar
Salah satu kelemahan utama dari Kraven The Hunter adalah plotnya yang sangat sederhana. Ceritanya berjalan dengan kecepatan yang lambat dan tanpa kejutan berarti. Konflik utama antara Sergei dan Aleksei, yang seharusnya menjadi titik fokus film, terasa sangat biasa dan tidak ada yang membedakannya dari film aksi kelas B.
Dialog dalam film ini juga terbilang sangat basic, bahkan cenderung membosankan. Para karakter berbicara dengan cara yang sangat sederhana, dan interaksi mereka tidak memberikan kedalaman atau emosi yang bisa memikat penonton. Meskipun film ini mencoba untuk menghadirkan beberapa momen dramatis, semuanya terasa di paksakan dan kurang terasa asli. Keputusan untuk memperkenalkan Calypso dengan elemen-elemen mistik dan klenik malah menambah kebingungannya, tanpa memberikan penjelasan yang memadai tentang asal-usul dan tujuan karakter ini dalam cerita.
“Baca Juga Di Aplikasi BMV Khilafers”
Tidak Memaksimalkan Potensi Rating Dewasa dan CGI yang Buruk
Meskipun Kraven The Hunter mendapat rating dewasa, film ini sangat gagal dalam memanfaatkan potensi tersebut. Film ini tidak menampilkan adegan-adegan brutal yang seharusnya memberikan keunikan seperti yang ada pada Deadpool atau The Suicide Squad. Alih-alih menunjukkan aksi kekerasan yang menggugah, film ini lebih cenderung memilih untuk tampil lebih ringan dengan hanya beberapa percikan darah dan kata-kata kasar.
Salah satu kekurangan terbesar lainnya adalah CGI yang tidak mulus. Meskipun beberapa adegan aksi yang berlangsung di London cukup menghibur, efek visual dan pertarungan klimaks terasa sangat biasa dan tidak memuaskan. Setiap adegan terasa kurang maksimal, bahkan untuk sebuah film superhero dengan anggaran besar.
Kraven The Hunter Tak Lebih dari Sekadar Film Superhero yang Malas
Dengan akting yang tidak memorable, dialog yang terkesan terpotong, dan cerita yang terlalu dangkal, Kraven The Hunter jelas bukan film superhero yang patut di banggakan. Di bandingkan dengan film-film superhero lain yang lebih sukses, seperti Deadpool atau The Suicide Squad, film ini terasa sangat lemah. Tidak hanya gagal dalam memperkenalkan karakter dan plot yang kuat, tetapi juga tidak memanfaatkan rating dewasa yang di peroleh untuk menciptakan pengalaman yang lebih berani dan menarik. Jika begini terus, masa depan Sony’s Spider-Man Universe (SSU) akan sangat suram.