Bossmoonvape – Di era digital ini, Generasi Z kaum muda yang lahir antara 1990-an akhir hingga awal 2020-an sering kali di anggap sebagai generasi yang lebih mudah mengeluh dan tidak tahan banting. Banyak yang menyebut mereka lebih cepat merasa stres dan depresi, terutama di lingkungan kerja. Namun, apakah anggapan ini benar atau sekadar mitos? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu mendalami pandangan para ahli tentang kesehatan mental dan karakteristik khas Generasi Z.
Fakta: Generasi Z Lebih Rentan Mengalami Masalah Kesehatan Mental
Menurut Prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, seorang pakar kesehatan mental dari Universitas Gadjah Mada (UGM), ada kebenaran dalam anggapan bahwa Gen Z lebih rentan menghadapi masalah kesehatan mental. Banyak pengusaha yang baru saja merekrut anak-anak muda ini mengungkapkan bahwa mereka lebih mudah merasa frustrasi, cepat menyerah, dan lebih sering berpindah pekerjaan.
“Pengalaman para pengusaha menunjukkan bahwa anak muda ini cenderung lebih mudah ‘give up’ dan cepat berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya,” ujar Prof Siswanto. Hal ini menjadi perhatian, terutama dalam konteks dunia kerja yang menuntut ketahanan mental dan kemampuan beradaptasi.
Namun, meski generasi ini lebih sering di labeli sebagai “generasi yang mudah mengeluh,” Prof Siswanto menekankan bahwa hal ini bukan sepenuhnya negatif. Generasi Z lebih terbuka dalam mengungkapkan masalah mereka, terutama yang berhubungan dengan kesehatan mental, yang sering kali kurang mendapat perhatian sebelumnya.
Kesehatan Mental Adalah Bagian dari Kesehatan Secara Menyeluruh
Prof. Siswanto mengingatkan bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Banyak orang cenderung lebih fokus menjaga kesehatan fisik, sementara kesehatan mental sering kali di abaikan atau bahkan di sembunyikan. Padahal, kesehatan mental yang buruk bisa mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan.
“Sehat itu bukan hanya soal fisik, tetapi juga mental dan sosial. Kesehatan mental yang terjaga akan meningkatkan kualitas hidup, mengurangi stres, dan mencegah gangguan psikologis,” jelas Prof Siswanto. Ini menunjukkan betapa pentingnya keseimbangan antara tubuh yang sehat dan pikiran yang stabil.
“Baca Juga Di Aplikasi BMV Khilafers”
Mengidentifikasi Faktor Risiko dan Proteksi Kesehatan Mental pada Gen Z
Bagi anak muda yang rentan terhadap masalah mental, Prof Siswanto menyarankan untuk lebih jeli mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang dapat memengaruhi kesehatan mental mereka. Misalnya, tekanan sosial, tuntutan pekerjaan, atau bahkan perbandingan diri di media sosial dapat menjadi pemicu stres.
Namun, tidak hanya faktor risiko yang perlu diperhatikan. Faktor proteksi juga penting untuk mengurangi dampak negatif terhadap kesehatan mental. “Peran orang tua dan teman dekat sangat penting untuk memproteksi anak muda. Dukungan sosial yang kuat dapat membantu mereka mengatasi masalah dengan lebih baik,” tambahnya.
Dengan dukungan dari keluarga, teman, dan lingkungan yang peduli, Gen Z bisa lebih mampu menghadapi tantangan hidup, mengurangi stres, dan memperkuat kesehatan mental mereka. Kesehatan mental yang baik bukan hanya tentang menghindari depresi, tetapi juga tentang menciptakan kehidupan yang lebih bahagia dan seimbang.
Kesehatan Mental Adalah Prioritas
Meskipun Generasi Z mungkin terlihat lebih mudah mengeluh atau merasa tertekan. Hal ini juga mencerminkan keberanian mereka untuk terbuka mengenai masalah kesehatan mental yang sebelumnya sering dianggap tabu. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan antara fisik dan mental. Serta mendukung anak muda dalam mengelola stres dan tekanan hidup. Dengan demikian, mereka dapat lebih tangguh dalam menghadapi masa depan dan menjalani kehidupan yang lebih sehat secara keseluruhan.
“Simak Juga: Lapisan Es Greenland, NASA Temukan Pangkalan Militer”