Bossmoonvape – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo baru-baru ini memberikan penjelasan terbuka mengenai penyebab pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Menurut Perry, salah satu faktor utama adalah perubahan politik di Amerika Serikat yang berimbas pada penguatan mata uang dolar AS secara global. Akibatnya, banyak investor yang kembali mengalihkan portofolionya ke pasar AS, meningkatkan tekanan terhadap mata uang negara lain, termasuk rupiah.
Dampak Politik AS Terhadap Nilai Tukar Global
Dalam konferensi pers yang di adakan pada Rabu, 20 November 2024, Perry Warjiyo menyatakan bahwa dinamika politik di AS telah mengubah arah preferensi investor global. “Perubahan politik di AS telah berdampak pada menguatnya mata uang dolar AS secara luas. Serta berbaliknya preferensi investor global dengan memindahkan alokasi portofolionya kembali ke AS,” ujar Perry.
Menurutnya, aliran dana yang keluar dari negara-negara emerging market, termasuk Indonesia, turut memperburuk tekanan terhadap nilai tukar mata uang lokal. Dampak tersebut juga memperburuk situasi bagi negara-negara yang memiliki ketergantungan besar pada aliran investasi asing.
“Baca Juga Di Aplikasi BMV Khilafers”
Rupiah Melemah, Tapi Masih Tertahan
Data terbaru hingga 19 November 2024 menunjukkan bahwa rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,84% point-to-point di bandingkan dengan akhir bulan sebelumnya. Sementara itu, jika di bandingkan dengan posisi pada akhir Desember 2023, depresiasi rupiah terhadap dolar AS tercatat sebesar 2,74%. Meskipun demikian, Perry mengungkapkan bahwa pelemahan ini relatif lebih kecil jika di bandingkan dengan sejumlah mata uang lainnya. “Ini lebih kecil di bandingkan dengan pelemahan dolar Taiwan, peso Filipina, dan won Korea yang masing-masing terdepresiasi sebesar 5,26%, 5,83%, dan 7,53%,” jelas Perry.
Dengan kondisi ini, BI tetap optimistis bahwa rupiah dapat kembali stabil seiring dengan berbagai langkah yang telah di ambil oleh pemerintah dan Bank Indonesia untuk menjaga kestabilan ekonomi dan nilai tukar.
Langkah-Langkah BI untuk Menjaga Stabilitas Rupiah
Gubernur BI menegaskan komitmen BI untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. “Ke depan, kami akan terus mengoptimalkan seluruh instrumen moneter yang ada,” kata Perry. Bank Indonesia telah menyiapkan berbagai strategi untuk memperkuat kebijakan dan mendorong aliran investasi asing.
Perry menambahkan bahwa tidak hanya intervensi di pasar spot dan forward yang akan di lakukan. Tetapi juga penguatan strategi operasi moneter pro-market. Instrumen-instrumen seperti SRBI, SVBI, dan SUVBI akan dioptimalkan untuk menarik aliran masuk investasi portofolio asing. Yang pada gilirannya dapat mendukung penguatan nilai tukar rupiah.
Dengan langkah-langkah tersebut, Bank Indonesia berharap dapat menjaga stabilitas ekonomi Indonesia dan memastikan bahwa tekanan terhadap rupiah dapat diminimalkan dalam jangka panjang.
“Simak Juga: PPN Naik Jadi 12%, Pak Prabowo! Beban Hidup Semakin Berat!”