Bossmoonvape – Pneumonia adalah salah satu penyakit pernapasan yang paling mematikan di dunia, terutama pada anak-anak. Setiap 20 detik, satu dari enam anak di seluruh dunia meninggal akibat pneumonia. Meskipun penyakit ini bisa di cegah, deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius. Salah satu cara untuk mendeteksi pneumonia pada anak adalah dengan memantau kecepatan napasnya. Berikut adalah cara mudah untuk menghitung napas cepat dan tanda-tanda lain yang perlu di perhatikan.
Pentingnya Memantau Kecepatan Napas Anak
Menurut Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. Dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K), pneumonia pada anak dapat di kenali melalui beberapa gejala, salah satunya adalah napas yang cepat. Untuk mengetahui apakah anak Anda mengalami napas cepat, penting untuk menghitung frekuensi napasnya dalam satu menit.
Berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kecepatan napas pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun di anggap cepat jika frekuensinya mencapai 60 napas per menit atau lebih. Sementara pada anak yang lebih tua, frekuensi napas cepat yang perlu di waspadai adalah 50 napas per menit untuk anak usia 2-5 tahun, dan 40 napas per menit untuk anak usia 5 tahun ke atas.
Prof. Hartono mengingatkan bahwa saat mengukur napas anak, jangan terburu-buru. Napas anak dapat bervariasi sepanjang waktu, jadi pengukuran harus di lakukan dengan cermat selama satu menit penuh. “Napas anak itu fluktuatif, bisa saja ada yang di sebut periodic breathing atau napas yang teratur, tapi ada juga yang lebih cepat. Jadi, harus di perhatikan dengan baik,” ujarnya.
“Baca Juga Di Aplikasi BMV Khilafers”
Gejala Lain yang Perlu Di waspadai: Tarikan Dinding Dada
Selain kecepatan napas, gejala lain yang sering muncul pada anak dengan pneumonia adalah tarikan dinding dada ke dalam saat bernapas. Ini terjadi karena anak kesulitan bernapas dengan normal, sehingga otot-otot di sekitar dada berusaha membantu pernapasan. Jika Anda melihat tanda ini, segera periksakan anak ke dokter.
Batuk dan demam juga merupakan gejala yang perlu diwaspadai, terutama jika berlangsung lebih dari beberapa hari. Kehilangan nafsu makan atau cepat lelah juga bisa menjadi indikasi pneumonia. Dalam beberapa kasus, anak bisa menunjukkan tanda-tanda sesak napas yang lebih parah, seperti bibir atau kuku yang membiru akibat kekurangan oksigen.
Pencegahan Pneumonia pada Anak: Imunisasi dan Gaya Hidup Sehat
Mencegah pneumonia pada anak jauh lebih mudah daripada mengobatinya. Prof. Hartono Gunardi menekankan pentingnya menjaga perilaku hidup bersih dan sehat, serta memastikan anak mendapatkan nutrisi yang baik, seperti ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan. Selain itu, imunisasi lengkap juga merupakan langkah utama dalam mencegah pneumonia pada anak.
Imunisasi pneumokokus, yang melindungi anak dari infeksi bakteri penyebab pneumonia, terbukti efektif mengurangi prevalensi penyakit ini. Dengan vaksinasi yang tepat, anak-anak tidak hanya terlindungi dari pneumoni. Tetapi juga dari penyakit berbahaya lainnya, seperti radang selaput otak dan radang telinga yang juga disebabkan oleh bakteri pneumokokus.
“Imunisasi yang lengkap dapat menurunkan angka kejadian pneumonia dan penyakit-penyakit berbahaya lainnya. Ini sangat penting untuk membentuk generasi penerus yang sehat, terutama dalam konteks Indonesia Emas 2045,” tambah Prof. Hartono.
Dengan deteksi dini, pola hidup sehat, dan imunisasi yang tepat, kita dapat melindungi anak-anak kita dari pneumonia dan memastikan mereka tumbuh dengan sehat dan kuat. Jangan ragu untuk memeriksakan anak Anda jika ada gejala yang mencurigakan, karena penanganan cepat dapat menyelamatkan nyawa.
“Simak Juga: Kopi Hijau untuk Kesehatan: Mengatur Gula Darah”