Bossmoonvape – Perang Tarif Memanas kembali menjadi sorotan utama dunia setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, resmi mengumumkan kenaikan tarif impor terhadap China sebesar 125%. Perang Tarif Memanas ini langsung mengguncang pasar global, termasuk harga minyak mentah dunia yang mencatat penurunan signifikan. Ketegangan terbaru ini muncul meskipun AS sempat mengumumkan jeda 90 hari pemberlakuan tarif untuk sejumlah negara lain.
Dilansir dari Reuters, Kamis (10/4/2025), harga minyak mentah berjangka Brent anjlok 77 sen atau 1,18%, turun ke level US$ 64,71 per barel. Sementara itu, minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) juga turun 65 sen atau 1,04% menjadi US$ 61,70 per barel. Penurunan ini terjadi setelah pasar sebelumnya sempat menguat 4% pada hari Rabu, meskipun sempat turun hingga 7% dalam satu sesi.
Ketegangan Dagang Picu Ketidakpastian Global
Langkah Trump yang drastis dalam menaikkan tarif dari 104% menjadi 125% terhadap barang-barang asal China tidak hanya memperburuk hubungan bilateral. Tetapi juga memperbesar ketidakpastian di pasar global. Menurut catatan para ahli strategi komoditas dari ING, ketidakpastian yang timbul akibat kebijakan ini sangat berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia.
“Ketidakpastian ini kemungkinan besar akan terus menyeret prospek pertumbuhan global. Dan itu jelas menjadi kekhawatiran besar bagi permintaan minyak,” tulis mereka dalam riset terbaru.
Tak tinggal diam, China merespons dengan mengenakan tarif balasan sebesar 84% atas berbagai barang asal AS. Saling balas tarif ini menandakan bahwa Perang Tarif Memanas telah memasuki babak baru yang lebih tajam dan penuh risiko.
“Baca Juga Di Aplikasi BMV Khilafers”
Dampak Langsung ke Harga Minyak Dunia
Harga minyak, yang kerap menjadi indikator sensitif terhadap dinamika geopolitik dan ekonomi global, langsung bereaksi terhadap situasi ini. Sentimen negatif yang muncul dari ketegangan dagang membuat investor khawatir akan menurunnya permintaan minyak secara global, terutama dari dua ekonomi terbesar dunia: AS dan China.
Menurut analis pasar dari IG, Yeap Jun Rong, tren penurunan harga minyak kemungkinan besar akan berlanjut dalam waktu dekat. “Optimisme pasar atas jeda tarif baru-baru ini tampaknya memudar. Sementara tantangan dari sisi permintaan masih sangat nyata,” ujarnya.
Pasar Komoditas Dibayangi Risiko Baru
Di tengah eskalasi ini, pelaku pasar menghadapi tantangan besar. Tidak hanya risiko harga minyak yang terus merosot, tetapi juga tekanan terhadap mata uang dan bursa saham global yang bisa menyebar lebih luas. Perang Tarif Memanas kini bukan hanya sekadar konflik perdagangan, tetapi telah menjadi faktor utama dalam menilai arah perekonomian dunia ke depan.
Jika ketegangan terus berlanjut, bukan tidak mungkin harga minyak akan kembali jatuh lebih dalam, membawa serta implikasi serius bagi negara-negara produsen dan konsumen energi. Dunia kini menanti langkah selanjutnya dari kedua raksasa ekonomi ini—akankah eskalasi mereda, atau justru memasuki fase yang lebih kritis?
“Simak Juga: Prabowo Ingin Permudah Ekspor-Impor, Fokus pada Bea Cukai”